Ini Alasan Mengapa Memulai Hubungan Disaat Doi Baru Kehilangan Bukanlah Langkah yang Tepat


Fase yang membahagiakan terjadi ketika seseorang menyambut awal yang baru, seperti kelahiran, pacaran, pernikahan, bisnis baru dan sebagainya.

Fase yang menyakitkan terjadi saat seseorang mengalami kehilangan seperti kematian, kebangkrutan, putus maupun perceraian.

Besarnya rasa sakit yang dialami akibat kehilangan berbeda-beda. Semakin lama menjalin hubungan dan semakin dalam kedekatan emosi yang terjadi dengan orang tersebut maka akan semakin sakit ketika menghadapi kehilangan atau perpisahan.

Seorang yang mengalami kehilangan akan megalami suatu fase yang dinamakan fase berkabung. Kubler Ross mendeskripsikan fase berkabung melalui 5 tahap, mulai dari fase shock sampai dengan fase pulih yang ditandai dengan pulihnya seorang dari emosi-emosi negatif akibat kehilangan dan menerima keadaan seapa-adanya. 

Memulai hubungan pacaran dengan orang yang baru saja mengalami kehilangan bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan sebab mereka sedang "emotionally unavailable". 

Apa itu emotionally unavailable? 

Adalah seorang yang tidak siap menjalin kedekatan emosi dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Bahasa sederhananya yakni menjalin hubungan tanpa perasaan/tanpa gunakan hati. Orang yang mengalami emotional unavailable dalam berhubungan biasanya menunjukkan tanda-tanda seperti terlalu cuek/tidak perduli dengan pasangannya, perasaan datar, penuh kemarahan, emosi negatif ketika berbicara mengenai masa lalunya, menghindari komitmen, menggiring hubungan ke arah seksual di awal hubungan atau meminta berhubungan seks di awal hubungan. Hal ini dilakukan karena si emotional unavailable guna menghindari hubungan yang dijalin menjadi hubungan yang "real" atau melibatkan perasaan yang dalam karena takut kecewa kembali, takut kehilangan, tidak percaya diri akan menjalin hubungan dengan sukses, dan merasa tidak butuh orang lain. 

Bagi si emotional unavailable, akan jauh lebih aman menjalin hubungan tanpa melibatkan perasaan yang dalam. Lalu bagaimana nasib orang yang berhubungan dengan si emotional unavailable ini? 

1. Merasa tidak dicintai, dia pasti memperlakukanmu dengan seenaknya dan tidak berpikir bagaimana caranya bersikap agar kamu dapat merasa dicintai olehnya. Baginya berhubungan denganmu hanya perlu untuk melampiaskan kebutuhan-kebutuhannya dan bukan untuk menjalin hubungan dengan menggunakan perasaan yang dalam. Dia takut sakit hati dan terluka, atau mungkin dirinya juga terlanjur kecewa dengan cinta karena cintalah selama ini yang membuatnya hancur. 

2. Merasa tidak berharga, dia datang hanya ketika membutuhkanmu saja. Entah karena tidak ada kegiatan pada jam tersebut atau hanya sekedar untuk melampiaskan hasrat-hasratnya. Sikapnya yang sembaranganmu denganmu, mungkin dalam hal seks, dapat menghancurkan harga dirimu. Membuatmu merasa semakin tidak berharga karena tidak diperlakukan layaknya wanita baik-baik. 

3. Merasa tidak diinginkan, ketika kamu mengarahkan pembicaraan ke arah yang serius, dia akan menghindar dengan berbagai macam alasan. Jika kamu tidak mencarinya, dia juga tidak mencarimu. Kamu menghilang dalam jangka waktu lama, dia bahkan tidak perduli. Kamu heran, apakah dia menginginkanmu atau tidak? Dia hanya mencoba bersikeras tidak butuh orang lain karena pengalaman masa lalunya tersebut ketika dia bersama dengan yang ia inginkan lalu kehilangan, rasa sakit tersebut yang dihindarinya kembali.  

Lebih baik menunggu si emotional unavailable untuk pulih dari rasa bersalahnya, rasa gagalnya, rasa kecewanya, rasa berkabungnya, luka-lukanya akibat kehilangan. Sulit bagi si emotional unavailable untuk terlibat dalam hubungan yang melibatkan emosi ketika dirinya saja masi dihantui oleh luka-luka kehilangan yang mendalam akibat pengalaman masa lalunya. Butuh waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun bagi orang yang mengalami emotional unavailable untuk benar- benar pulih. 

Terkadang mereka yang terlalu cepat move on tidak sungguh-sungguh merenungi kegagalan dan kehilangannya sehingga cenderung akan mengulanginya lagi kesalahan tersebut di hubungan berikutnya. Terlalu menyakitkan baginya untuk menengok masa lalu. Bukan berarti harus selalu menengok masa lalu, melainkan sungguh-sungguh menyediakan waktu untuk menarik pelajaran dari masa lalu. 

Beri dia waktu untuk bersedih, mengeluarkan seluruh emosinya. Melepaskan emosi memberikan kelegaan. Memulai hubungan saat luka masih menganga lebar hanya akan membuat luka tersebut justru bertambah lebar karena dilukai di hubungan yang baru.
Berikan dia waktu untuk dekat dengan keluarganya, menjalin kembali kedekatan emosi mulai dari keterbukaan dengan keluarga. Menunggu memang melelahkan, namun akan lebih melelahkan apabila memulai saat keadaannya masih belum siap secara emosi. Jangan sungkan meminta bantuan profesional jika kamu/pasanganmu merasa memerlukannya. 

Comments